Taman Nasional Ujung Barat Daya Pulau Jawa - HIMALA UNMA BANTEN

HIMALA UNMA BANTEN, Merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Lestari Alam yang bertempat di Universitas Methlaul Anwar Banten, dan blog ini menyediakan berbagai informasi mengenai lingkungan hususnya informasi Organisasi kami.

Home Top Ad

Post Top Ad

Space Iklan

10/02/2018

Taman Nasional Ujung Barat Daya Pulau Jawa

Ujung barat daya Pulau Jawa, tempat Selat Sunda, yang membagi pulau Jawa dan Sumatera, menyatu dengan luas Samudera Hindia, terletak salah satu ekosistem alami yang paling murni di dunia dan taman nasional perdana di Indonesia: Taman Nasional Ujung Kulon. Taman nasional ini dikenal sebagai tempat kudus terakhir kritis Badak Jawa (rhinoceros sundaicus)yang terancam punah, dan satu-satunya tempat di bumi di mana mereka dapat berkembang biak secara alami.
Terletak sekitar 300 km dari ibu kota Jakarta, atau sekitar 140 km dari Serang, ibukota Provinsi Banten, Taman Nasional Ujung Kulon meliputi area seluas 122.955 hektar yang terdiri dari 78.619 hektar lahan dan 44.337 hektar laut. Membentang taman nasional di seluruh Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, pulau Handeleum, dan Gunung Honje Range. Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon terletak di kabupaten Sumur dan Cimanggu, di Kabupaten Pandeglang, di provinsi Banten.
Dengan campur tangan manusia, taman nasional memiliki ekosistem yang sangat baik,flora dan fauna dilestarikan. Fitur yang paling berharga adalah badak bercula satu (rhinoceros sundaicus) atau lebih dikenal sebagai Badak Jawa yang dianggap sebagai ikon dari tidak hanya taman nasional, tetapi juga dari provinsi. Makhluk megah ini dikenal sebagai salah satu mamalia paling langka di bumi dan diklasifikasikan sebagai terancam punah dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature), Daftar Merah Spesies terancam punah.


Badak Jawa dikenal sebagai hewan terbesar di Jawa dan hewan terbesar kedua di Indonesia setelah Gajah Asia. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) bisa sampai 2 sampai 4 m (6,6-13,1 kaki), dan dapat mencapai ketinggian 1,4-1,7 m (4,6-5,8 ft). Dewasa dengan berbagai ukuran dilaporkan memiliki berat badan antara 900 dan 2.300 kg. Yang khas, Badak Jawa memiliki tanduk tunggal (spesies lain memiliki dua tanduk). Tanduk adalah yang terkecil dari semua badak yang masih ada, biasanya kurang dari 20 cm (7,9 inci) dengan terpanjang yang tercatat menjadi hanya 27 cm (10,5 in). Hanya jantan memiliki tanduk. Badak Betina Sunda adalah satu-satunya badak yang masih ada yang tetap memiliki cula hingga dewasa, meskipun mungkin hany abenjolan kecil  dengan tinggi satu atau dua inci.
Makhluk luar biasa ini sangat langka dan nyaris tidak terlihat. Beberapa penduduk setempat bahkan menganggap Badak Jawa sebagai lebih dari binatang belaka.
Selain dari Badak Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon juga rumah bagi banyak satwa liar khusus lainnya seperti monyet Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis aigula), dhole / anjing liar (Cuon alpinus javanicus), Banteng (Bos javanicus ), owa Silvery (Hylobates moloch), Lutung Budeng (Trachypithecus auratus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul jawa (Panthera pardus melas), pelanduk jawa / kancil (Tragulus javanicus), rusa (rusa timorensis), dan lain-lain. Ada juga lebih dari 72 spesies reptil dan amfibi, dan 240 jenis burung yang membuat Ujung Kulon rumah mereka.
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu dari hanya beberapa daerah yang memiliki profil vegetasi dari laut-pantai pegunungan tropis. Ada lebih dari 700 jenis flora di dalam taman nasional, yang 57 diklasifikasikan sebagai yang langka di Jawa. Di antara beberapa flora yang diketahui tumbuh hanya di daerah tersebut termasuk geniculata Batryohora, Cleidion spiciflorum, Heritiera percoriacea, dan Knema globularia.
Beragam Flora dan fauna Ujung Kulon pertama kali dilihat dan dipelajari oleh ahli botani Belanda dan Inggris pada tahun 1820. Kawasan itu kemudian hancur oleh letusan sejarah di dekatnya Gunung Krakatau pada bulan Agustus 1883. Namun, hutan Ujung Kulon sukses menjalani regenerasi dan berhasil menjaga integritas alam. Bagian dari taman nasional saat ini dan situs Warisan Dunia telah dilindungi sejak awal abad ke-20. Ujung Kulon pertama kali dinyatakan sebagai kawasan reservasi pada tahun 1980, menyusul Kongres Taman Nasional Dunia ke-3 di Bali. Pada tahun 1992, Ujung Kulon secara resmi didirikan sebagai taman nasional. Pada tahun yang sama, karena peran yang signifikan, UNESCO menunjuk Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Dunia.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Post Top Ad